Sekilas Semantik Bahasa Indonesia
1. Jenis Makna
Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna referensial dan nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna konotatif dan denotatif. Berdasarkan ketepatan maknanya dapat dibedakan adanya makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Selain pembagian tersebut, jenis makna dapat pula digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu (a) makna leksikal dan (b) makna kontekstual.
2. Makna Leksikal
2. Makna Leksikal
Makna leksikal (leksical me3aning, sematic meaning, external meaning) adalah makna kata yang berdiri sendiri baik dalam bentuk dasar maupun dalambentuk kompleks (turunan) dan makna yang ada tetap seperti apa yang dapat kita lihat dalam kamus. Makna leksikal dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu (a) makna konseptual yang meliputi makna konotatif, makna afektif, makna stilistik, makna kolokatif dan makna idiomatik.
3. Makna Konseptual
Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas asosiasi atau hubungan apa pun. Makna konseptual disebut juga makna denotatif, makna referensial, makna kognitif, atau makna deskriptif. Makna konseptual dianggap sebagai faktor utama dalam setiap komunikasi.
4. Makna Generik
Makna generik adalah makna konseptual yang luas, umum, yang mencakup beberapa makna konseptual yang khusus atau sempit.
Misalnya, sekolah dalam kalimat “Sekolah kami menang.” Bukan saja mencakup gedungnya, melainkan guru-guru, siswa-siswa dan pegawai tata usaha sekolah bersangkutan.
5. Makna Spesifik
Makna spesifik adalah makna konseptual, khas, dan sempit.
Misalnya jika berkata “ahli bahasa”, maka yang dimaksud bukan semua ahli, melainkan seseorang yang mengahlikan dirinya dalam bidang bahasa.
6. Makna Asosiatif
Makna asosiatif disebut juga makna kiasan atau pemakaian kata yang tidak sebenarnya. Makna asosiatif adalah makna yang dimilki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya kata bunglon berasosiasi dengan makna orang yang tidak berpendirian tetap.
7. Makna Konotatif
Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang diucapkan atau didengar. Makna konotatif adalah makna yang digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain yang terdapat di luar makna leksikalnya.
8. Makna Afektif
Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan bahasa. Oleh karena itu, makna afektif berhubungan dengan gaya bahasa.
9. Makna Stilistik
Makna stilistik berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek terutama kepada pembaca. Makna stilistik lebih dirasakan di dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra akan mendapat tempat tersendiri bagi kita karena kata yang digunakan mengandung makna stalistika. Makna stalistika lebih banyak ditampilkan melalui gaya bahasa.
10. Makna Kolokatif
Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama.
Misalnya kata ikan, gurami, sayur, tomat tentunya kata-kata tersebut akan muncul di lingkungan dapur. Ada tiga keterbatasan kata jika dihubungkan dengan makna kolokatif, yaitu (a) makna dibatasi oleh unsur yang membentuk kata atau hubungan kata, (b) makna dibatasi oleh tingkat kecocokan kata, (c) makna dibatasi oleh kecepatan
11. Makna Idiomatik
Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsur pembentuknya. Dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk idiom yaitu (a) idiom penuh dan (b) idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Idiom sebagian adalah idiom yang di dalamnya masih terdapat unsur yang masih memiliki makna leksikal.
12. Makna Kontekstual
Makna kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan situasi. Makna kontekstual disebut juga makna struktural karena proses dan satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan.
13. Makna Gramatikal
Makna grmatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat digabungkannya sebuah kata dalam suatu kalimat. Makna gramatikal dapat pula timbul sebagai akibat dari proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi.
14. Makna Tematikal
Makna tematikal adalah makna yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis, baik melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan.
15. Realasi Makna
Relasi makna adalah hubungan antara makna yang satu dengan makna kata yang lain. Pada dasarnya prinsip relasi makna ada empat jenis, yaitu (1) prinsip kontiguitas, (2) prinsip kolementasi, (3) prinsip overlaping, dan (4) inklusi.
1. Prinsip kontiguitas yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa beberapa kata dapat memiliki makna sama atau mirip. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut
sinonimi.
2. Prinsip komplementasi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna kata yang satu berlawanan dengan makna kata yang lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut antonimi.
3. Prinsip overlaping yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa satu kata memiliki makna yang berbeda atau kata-kata yang sama bunyinya tetapi mengandung makna berbeda. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut homonimi dan polisemi.
4. Prinsip inklusi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup beberapa makna kata lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut hiponimi.
16. Sinonimi adalah nama lain untuk benda atau hal yang sama. Sinonimi yaitu suatu istilah yang mengandung pengertian telaah, keadaan, nama lain.
Contoh: pintar, pandai, cerdik, cerdas, cakap, mati, meninggal, berpulang, mangkat wafat
18. Sinonimi tidak mutlak memiliki arti yang sama tetapi mendekati sama atau mirip.
19. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya sinonimi adalah penyerapan kata-kata asing, penyerapan kata-kata daerah, makna emotif dan evaluatif.
20. Kata bersinonimi tidak dapat dipertukarkan tempatnya karena dipengaruhi oleh (1) faktor waktu, (2) faktor tempat atau daerah, (3) faktor sosial, (4) faktor kegiatan dan (5) faktor nuansa makna.
21. Homonimi adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya tetapi mengandung makna dan pengertian yang berbeda.
22. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya homonimi adalah (1) kata-kata yang berhomonimi itu berasal dari bahasa atau dialek yang berlainan, (2) kata-kata yang berhomonimi itu terjadi sebagaimana hasil proses morfologis.
23. Homonimi yang homograf dan homofon adalah sama bunyi sama bentuknya.
Contoh: bisa = sanggup, dapat
bisa = racun ular
jagal = pedagang kecil
jagal = orang yang bertugas menyembelih binatang
padan = banding
padan = batas
padan = janji
padan = curang
padan = layar
24. Homonimi yang tidak homograf tetapi homofon adalah bentuknya tidak sama tetapi bunyinya sama.
Contoh: bang = bentuk singkatan dari abang
bank = lembaga yang mengurus uang
sangsi = ragu
sanksi = akibat
syarat = janji
sarat = penuh dan berat
25. Homonimi yang homograf tidak homofon sama bentuk tetapi tidak bunyinya.
Contoh: teras = hati kayu atau bagian dalam kayu
teras = pegawai utama
teras = bidang tanah datar yang miring atau lebih tinggi dari yang lain
26. Antonimi adalah nama lain untuk benda lain pula atau kebalikannya.
27. Oposisi kembar yaitu perlawanan kata yang merupakan pasangan atau kembaran yang mencakup dua anggota.
Contoh: laki-laki >< perempuan
kaya >< miskin
ayah >< ibu
28. Oposisi gradual yaitu penyimpangan dari oposisi kembar antara dua istilah yang berlawanan masih terdapat sejumlah tingkatan antara.
Contoh: kaya dan miskin, besar dan kecil
Pada kata tersebut terdapat tingkatan (gradual) sangat kaya – cukup kaya – kaya – miskin – cukup miskin – sangat miskin, sangat besar – lebih besar – besar – kecil – lebih kecil – sangat kecil.
29.Oposisi majemuk yaitu oposisi yang mencakup suatu perangkat yang terdiri dari dua kata. Satu kata berlawanan dengan dua kata atau lebih.
Contoh:
duduk
Berdiri >< berbaring ><
berjongkok
tiarap
1. Oposisi relasional yaitu oposisi antara dua kata yang mengandung relasi kebalikan, relasi pertentangan yang bersifat saling melengkapi.
Contoh: menjual beroposisi membeli
suami beroposisi istri
utara beroposisi selatan
2. Oposisi hirarkis, oposisi ini terjadi karena setiap istilah menduduki derajat yang berlainan. Oposisi ini pada hakikatnya sama dengan oposisi majemuk. Kata-kata yang beroposisi hirarkis adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, dan isi), satuan hitungan, nama jenjang kepangkatan dan sebagainya.
Contoh: meter beroposisi dengan kilometer
kuintal beroposisi dengan ton
3. Oposisi inversi, oposisi ini terdapat pada pasangan kata seperti beberapa – semua, mungkin – wajib. Pengujian utama dalam menetapkan oposisi ini adalah apakah kata itu mengikuti kaidah sinonimi yang mencakup (a) penggantian suatu istilah dengan yang lain dan (b) mengubah posisi suatu penyangkalan dalam kaitan dengan istilah berlawanan.
Contoh: beberapa negara tidak mempunyai pantai = tidak semua negara mempunyai pantai
4. Polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu atau kata yang memiliki makna yang berbeda-beda tetapi masih dalam satu aluran arti.
5. Kata berhomonimi adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya.
Contoh: bisa = dapat
bisa = racun
Sedangkan polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu atau kata yang memiliki makna berbeda-beda tetapi masih dalam satu arti.
Contoh: kepala 1. bagian tubuh dari leher ke atas
2. bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan yang merupakan hal yang penting
3. pemimpin atau ketua
6. Dua cara untuk menentukan bahwa suatu kata tergolong polisemi atau homonimi, pertama melihat etimologi atau pertalian historisnya. Kata buku misalnya, adalah homonimi yakni (1) buku yang merupakan kata asli bahasa Indonesia yang berarti ‘tulang sendi’ dan (2) buku yang berasal dari bahasa Belanda yang berarti ‘kitab, pustaka’.
Kedua, dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar.
1. Hiponimi ialah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain.
2. Hiponimi adalah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Kelas atas mencakup sejumlah komponen yang lebih kecil, sedangkan kelas bawah merupakan komponen yang mencakup dalam kelas atas. Contoh: Januari, Februari, Maret, April hiponimi dari kata bulan. Kelas atas disebut hipernim, contohnya, ikan hipernimnya tongkol, gabus, lele, teri.
Contoh latihan dan jawaban.
1. Carilah sinonim kata-kata berikut ini!
a. kamu = engkau
b. ayah = bapak
c. anak = momongan
d. ibu = mama, emak
e. rajin = giat
f. susah = sulit, berat
g. pandai = pintar
h. sehat = waras
i. luas = lebar
j. jujur = tulus, ikhlas
k. mati = meninggal
l. baik = bagus
m. mendidiki = mengajar
n. senang = suka
o. aku = saya
p. selidik = amati
2. Carilah dalam kamus kata-kata homonimi berikut ini!
a. angguk – gerakan kepala menunduk, angguk – tali pada perahu
b. anggka – tanda lambang bilangan, angka – mengangap
c. antar – hubungan yang satu dengan yang lain, antar – memindahkan sesuatu ke tempat lain
d. bujuk – usaha untuk meyakinkan seseorang dengan kata-kata, bujuk – ikan gabus
e. bunga – bagian tumbuhan yang akan menjadi buah, bunga – imbalan jasa
f. ekstrak – pati atau sari, ekstrak – salinan atau petikan
g. email – massa berupa kaca tidak bening, email – bahan padat berwarna putih
h. ceraka – pengukup pakaian, ceraka – tumbuhan yang akarnya dapat dipakai sebagai obat
i. genting – gawat atau tegang, genting tutup atas rumah
j. ibarat – umpama atau perbandingan, ibarat – isi
k. jurus – arah yang lurus, jurus – sikap
l. kabur – tidak dapat melihat sesuatu, kabur – berlari cepat-cepat
m. lengket – lekat, lengket – tumbuhan yang dapat dipakai untuk pupuk hijau
n. pelonco – gundul, pelonco – semangka muda
o. penting – utama atau sangat berharga, penting – tiruan bunyi
p. alam – segala yang ada di langit dan di bumi, alam – merasai
3. Carilah antonim-antonim kata-kata di bawah ini!
a. besar >< kecil
b. kaya >< miskin
c. tinggi >< rendah
d. teman >< lawan
e. banyak >< sedikit
f. tua >< muda
g. guru >< murid
h. bersih >< kotor
i. suami >< istri
j. panjang >< pendek
k. pandai >< bodoh
l. cantik >< jelek
m. kasar >< halus
n. jauh >< dekat
o. mahal >< murah
p. baik >< buruk
4. Carilah hiponim kata-kata berikut ini!
a. jurusan, fakultas hiponim terhadap perguruan tinggi
b. vokal, konsonan, diptong hiponim terhadap fonetik
c. puisi, prosa, drama hiponim terhadap sastra
d. meja, kursi, lemari hiponim mebel
e. merpati, kaka tua, gagak hiponim terhadap burung
5. Carilah dalam kamus makna kata polisemi di bawah ini!
a. menguraikan (1) menjadi terurai, (2) menceraikan atau melepaskan, (3) memaparkan
b. undang-undang (1) ketentuan-ketentuan (2) hukum (3) aturan-aturan yang dibuat orang atau badan yang berkuasa.
c. tubuh (1) badan, (2) bagian yang terpenting
d. sekularitas (1) kehidupan duniawi, (2) kedudukan seorang pejabat duniawi
e. praktik (1) pelaksanaan secara nyata (2) pelaksanaan pekerjaan (3) perbuatan melakukan teori
f. upah (1) hasil sebagai akibat, (2) imbalan
g. tenggelam (1) karam, (2) terbenam, (3) hilang, (4) lupa
h. subjek (1) pelaku, (2) mata pelajaran, (3) orang, tempat, benda yang diamati
i. gadis (1) perawan, (2) anak perempuan yang sudah akil balik
j. aparat (1) alat, perkakas, (2) perlengkapan militer, (3) badan pemerintahan
3. Makna Konseptual
Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas asosiasi atau hubungan apa pun. Makna konseptual disebut juga makna denotatif, makna referensial, makna kognitif, atau makna deskriptif. Makna konseptual dianggap sebagai faktor utama dalam setiap komunikasi.
4. Makna Generik
Makna generik adalah makna konseptual yang luas, umum, yang mencakup beberapa makna konseptual yang khusus atau sempit.
Misalnya, sekolah dalam kalimat “Sekolah kami menang.” Bukan saja mencakup gedungnya, melainkan guru-guru, siswa-siswa dan pegawai tata usaha sekolah bersangkutan.
5. Makna Spesifik
Makna spesifik adalah makna konseptual, khas, dan sempit.
Misalnya jika berkata “ahli bahasa”, maka yang dimaksud bukan semua ahli, melainkan seseorang yang mengahlikan dirinya dalam bidang bahasa.
6. Makna Asosiatif
Makna asosiatif disebut juga makna kiasan atau pemakaian kata yang tidak sebenarnya. Makna asosiatif adalah makna yang dimilki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya kata bunglon berasosiasi dengan makna orang yang tidak berpendirian tetap.
7. Makna Konotatif
Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang diucapkan atau didengar. Makna konotatif adalah makna yang digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain yang terdapat di luar makna leksikalnya.
8. Makna Afektif
Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan bahasa. Oleh karena itu, makna afektif berhubungan dengan gaya bahasa.
9. Makna Stilistik
Makna stilistik berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek terutama kepada pembaca. Makna stilistik lebih dirasakan di dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra akan mendapat tempat tersendiri bagi kita karena kata yang digunakan mengandung makna stalistika. Makna stalistika lebih banyak ditampilkan melalui gaya bahasa.
10. Makna Kolokatif
Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama.
Misalnya kata ikan, gurami, sayur, tomat tentunya kata-kata tersebut akan muncul di lingkungan dapur. Ada tiga keterbatasan kata jika dihubungkan dengan makna kolokatif, yaitu (a) makna dibatasi oleh unsur yang membentuk kata atau hubungan kata, (b) makna dibatasi oleh tingkat kecocokan kata, (c) makna dibatasi oleh kecepatan
11. Makna Idiomatik
Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsur pembentuknya. Dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk idiom yaitu (a) idiom penuh dan (b) idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Idiom sebagian adalah idiom yang di dalamnya masih terdapat unsur yang masih memiliki makna leksikal.
12. Makna Kontekstual
Makna kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan situasi. Makna kontekstual disebut juga makna struktural karena proses dan satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan.
13. Makna Gramatikal
Makna grmatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat digabungkannya sebuah kata dalam suatu kalimat. Makna gramatikal dapat pula timbul sebagai akibat dari proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi.
14. Makna Tematikal
Makna tematikal adalah makna yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis, baik melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan.
15. Realasi Makna
Relasi makna adalah hubungan antara makna yang satu dengan makna kata yang lain. Pada dasarnya prinsip relasi makna ada empat jenis, yaitu (1) prinsip kontiguitas, (2) prinsip kolementasi, (3) prinsip overlaping, dan (4) inklusi.
1. Prinsip kontiguitas yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa beberapa kata dapat memiliki makna sama atau mirip. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut
sinonimi.
2. Prinsip komplementasi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna kata yang satu berlawanan dengan makna kata yang lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut antonimi.
3. Prinsip overlaping yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa satu kata memiliki makna yang berbeda atau kata-kata yang sama bunyinya tetapi mengandung makna berbeda. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut homonimi dan polisemi.
4. Prinsip inklusi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup beberapa makna kata lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut hiponimi.
16. Sinonimi adalah nama lain untuk benda atau hal yang sama. Sinonimi yaitu suatu istilah yang mengandung pengertian telaah, keadaan, nama lain.
Contoh: pintar, pandai, cerdik, cerdas, cakap, mati, meninggal, berpulang, mangkat wafat
18. Sinonimi tidak mutlak memiliki arti yang sama tetapi mendekati sama atau mirip.
19. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya sinonimi adalah penyerapan kata-kata asing, penyerapan kata-kata daerah, makna emotif dan evaluatif.
20. Kata bersinonimi tidak dapat dipertukarkan tempatnya karena dipengaruhi oleh (1) faktor waktu, (2) faktor tempat atau daerah, (3) faktor sosial, (4) faktor kegiatan dan (5) faktor nuansa makna.
21. Homonimi adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya tetapi mengandung makna dan pengertian yang berbeda.
22. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya homonimi adalah (1) kata-kata yang berhomonimi itu berasal dari bahasa atau dialek yang berlainan, (2) kata-kata yang berhomonimi itu terjadi sebagaimana hasil proses morfologis.
23. Homonimi yang homograf dan homofon adalah sama bunyi sama bentuknya.
Contoh: bisa = sanggup, dapat
bisa = racun ular
jagal = pedagang kecil
jagal = orang yang bertugas menyembelih binatang
padan = banding
padan = batas
padan = janji
padan = curang
padan = layar
24. Homonimi yang tidak homograf tetapi homofon adalah bentuknya tidak sama tetapi bunyinya sama.
Contoh: bang = bentuk singkatan dari abang
bank = lembaga yang mengurus uang
sangsi = ragu
sanksi = akibat
syarat = janji
sarat = penuh dan berat
25. Homonimi yang homograf tidak homofon sama bentuk tetapi tidak bunyinya.
Contoh: teras = hati kayu atau bagian dalam kayu
teras = pegawai utama
teras = bidang tanah datar yang miring atau lebih tinggi dari yang lain
26. Antonimi adalah nama lain untuk benda lain pula atau kebalikannya.
27. Oposisi kembar yaitu perlawanan kata yang merupakan pasangan atau kembaran yang mencakup dua anggota.
Contoh: laki-laki >< perempuan
kaya >< miskin
ayah >< ibu
28. Oposisi gradual yaitu penyimpangan dari oposisi kembar antara dua istilah yang berlawanan masih terdapat sejumlah tingkatan antara.
Contoh: kaya dan miskin, besar dan kecil
Pada kata tersebut terdapat tingkatan (gradual) sangat kaya – cukup kaya – kaya – miskin – cukup miskin – sangat miskin, sangat besar – lebih besar – besar – kecil – lebih kecil – sangat kecil.
29.Oposisi majemuk yaitu oposisi yang mencakup suatu perangkat yang terdiri dari dua kata. Satu kata berlawanan dengan dua kata atau lebih.
Contoh:
duduk
Berdiri >< berbaring ><
berjongkok
tiarap
1. Oposisi relasional yaitu oposisi antara dua kata yang mengandung relasi kebalikan, relasi pertentangan yang bersifat saling melengkapi.
Contoh: menjual beroposisi membeli
suami beroposisi istri
utara beroposisi selatan
2. Oposisi hirarkis, oposisi ini terjadi karena setiap istilah menduduki derajat yang berlainan. Oposisi ini pada hakikatnya sama dengan oposisi majemuk. Kata-kata yang beroposisi hirarkis adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, dan isi), satuan hitungan, nama jenjang kepangkatan dan sebagainya.
Contoh: meter beroposisi dengan kilometer
kuintal beroposisi dengan ton
3. Oposisi inversi, oposisi ini terdapat pada pasangan kata seperti beberapa – semua, mungkin – wajib. Pengujian utama dalam menetapkan oposisi ini adalah apakah kata itu mengikuti kaidah sinonimi yang mencakup (a) penggantian suatu istilah dengan yang lain dan (b) mengubah posisi suatu penyangkalan dalam kaitan dengan istilah berlawanan.
Contoh: beberapa negara tidak mempunyai pantai = tidak semua negara mempunyai pantai
4. Polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu atau kata yang memiliki makna yang berbeda-beda tetapi masih dalam satu aluran arti.
5. Kata berhomonimi adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya.
Contoh: bisa = dapat
bisa = racun
Sedangkan polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu atau kata yang memiliki makna berbeda-beda tetapi masih dalam satu arti.
Contoh: kepala 1. bagian tubuh dari leher ke atas
2. bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan yang merupakan hal yang penting
3. pemimpin atau ketua
6. Dua cara untuk menentukan bahwa suatu kata tergolong polisemi atau homonimi, pertama melihat etimologi atau pertalian historisnya. Kata buku misalnya, adalah homonimi yakni (1) buku yang merupakan kata asli bahasa Indonesia yang berarti ‘tulang sendi’ dan (2) buku yang berasal dari bahasa Belanda yang berarti ‘kitab, pustaka’.
Kedua, dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar.
1. Hiponimi ialah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain.
2. Hiponimi adalah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Kelas atas mencakup sejumlah komponen yang lebih kecil, sedangkan kelas bawah merupakan komponen yang mencakup dalam kelas atas. Contoh: Januari, Februari, Maret, April hiponimi dari kata bulan. Kelas atas disebut hipernim, contohnya, ikan hipernimnya tongkol, gabus, lele, teri.
Contoh latihan dan jawaban.
1. Carilah sinonim kata-kata berikut ini!
a. kamu = engkau
b. ayah = bapak
c. anak = momongan
d. ibu = mama, emak
e. rajin = giat
f. susah = sulit, berat
g. pandai = pintar
h. sehat = waras
i. luas = lebar
j. jujur = tulus, ikhlas
k. mati = meninggal
l. baik = bagus
m. mendidiki = mengajar
n. senang = suka
o. aku = saya
p. selidik = amati
2. Carilah dalam kamus kata-kata homonimi berikut ini!
a. angguk – gerakan kepala menunduk, angguk – tali pada perahu
b. anggka – tanda lambang bilangan, angka – mengangap
c. antar – hubungan yang satu dengan yang lain, antar – memindahkan sesuatu ke tempat lain
d. bujuk – usaha untuk meyakinkan seseorang dengan kata-kata, bujuk – ikan gabus
e. bunga – bagian tumbuhan yang akan menjadi buah, bunga – imbalan jasa
f. ekstrak – pati atau sari, ekstrak – salinan atau petikan
g. email – massa berupa kaca tidak bening, email – bahan padat berwarna putih
h. ceraka – pengukup pakaian, ceraka – tumbuhan yang akarnya dapat dipakai sebagai obat
i. genting – gawat atau tegang, genting tutup atas rumah
j. ibarat – umpama atau perbandingan, ibarat – isi
k. jurus – arah yang lurus, jurus – sikap
l. kabur – tidak dapat melihat sesuatu, kabur – berlari cepat-cepat
m. lengket – lekat, lengket – tumbuhan yang dapat dipakai untuk pupuk hijau
n. pelonco – gundul, pelonco – semangka muda
o. penting – utama atau sangat berharga, penting – tiruan bunyi
p. alam – segala yang ada di langit dan di bumi, alam – merasai
3. Carilah antonim-antonim kata-kata di bawah ini!
a. besar >< kecil
b. kaya >< miskin
c. tinggi >< rendah
d. teman >< lawan
e. banyak >< sedikit
f. tua >< muda
g. guru >< murid
h. bersih >< kotor
i. suami >< istri
j. panjang >< pendek
k. pandai >< bodoh
l. cantik >< jelek
m. kasar >< halus
n. jauh >< dekat
o. mahal >< murah
p. baik >< buruk
4. Carilah hiponim kata-kata berikut ini!
a. jurusan, fakultas hiponim terhadap perguruan tinggi
b. vokal, konsonan, diptong hiponim terhadap fonetik
c. puisi, prosa, drama hiponim terhadap sastra
d. meja, kursi, lemari hiponim mebel
e. merpati, kaka tua, gagak hiponim terhadap burung
5. Carilah dalam kamus makna kata polisemi di bawah ini!
a. menguraikan (1) menjadi terurai, (2) menceraikan atau melepaskan, (3) memaparkan
b. undang-undang (1) ketentuan-ketentuan (2) hukum (3) aturan-aturan yang dibuat orang atau badan yang berkuasa.
c. tubuh (1) badan, (2) bagian yang terpenting
d. sekularitas (1) kehidupan duniawi, (2) kedudukan seorang pejabat duniawi
e. praktik (1) pelaksanaan secara nyata (2) pelaksanaan pekerjaan (3) perbuatan melakukan teori
f. upah (1) hasil sebagai akibat, (2) imbalan
g. tenggelam (1) karam, (2) terbenam, (3) hilang, (4) lupa
h. subjek (1) pelaku, (2) mata pelajaran, (3) orang, tempat, benda yang diamati
i. gadis (1) perawan, (2) anak perempuan yang sudah akil balik
j. aparat (1) alat, perkakas, (2) perlengkapan militer, (3) badan pemerintahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar