BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam bahasa Indonesia banyak sekali padanan atau ragam makna yang berbeda. Ragan-ragam makna atau medan makna itu banyak dipelajari dan dibahas di setiap pelajaran bahasa Indonesia. Namun tak semua mahasiswa dapat memahami medan makna dengan cepat. Padahal, penguasaan medan makna merupakan salah satu syarat utama yang menentukan seseorang untuk trampil berbahasa. Penguasaan medan makna juga berpengaruh pada pembelajaran. Salah satunya dalam penulisan karya sastra fiksi seperti cerpen dan puisi.
Dalam penulisan karya sastra fiksi, banyak menggunakan kata-kata yang mengandung medan makna, agar tulisan itu terkesan nyata. Tidak hanya dalam penulisan karya sastra fiksi, dalam karya nonfiksi pun kata-kata yang mengandung medan makna sangat diperlukan, agar audiens atau pembaca karya tersebut mengerti tentang apa yang dibahas. Untuk itu, penyusun akan membahas mengenai medan makna lebih dalam.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang penyusun ajukan diantaranya:
1) Apa yang dimaksud dengan medan makna?
2) Apa saja komponen-komponen dari medan makna?
1.3. Tujuan
Beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1) Dapat mengetahui pengertian dari medan makna;
2) Dapat mengetahui dan memahami komponen-komponen dari medan makna.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
KAJIAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Medan Makna
Menurut bahasa, medan berarti aneka, variasi, jenis, macam, atau ragam. Sementara makna sering disebut sebagai arti yang terkandung dalam suatu kata. Sedangkan menurut kamus linguistic (KL: 1997), medan makna adalah kumpulan butir leksikal(1) yang maknanya saling berhubung kait disebabkan kehadiran masing-masing dalam konteks yang serupa.
Medan makna berguna untuk perumusan makna dalam kamus dan untuk menentukan apakah kalimat yang digunakan dapat diterima oleh masyarakat atau tidak. Mengingat keragaman bahasa yang ada.
2.2. Komponen-Komponen Medan Makna
Setelah kita mengetahui apa itu medan makna, ada baiknya kita mlebih memahami jenis-jenis dari medan makna itu. Adapun komponen-komponen dari medan makna yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya:
1. Jenis-jenis Makna
Makna kata dapat dibedakan atas jenis-jenis makna. diantaranya:
a. Denotasi
Dalam kamus linguistik, Kridalaksana mengungkapkan bahwa denotasi ialah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif. Sedangkann Keraf menyatakan bahwa makna denotasi menunjuk kepada suatu referen, konsep, atau ide tertentu dari satu referen.
Dengan demikian kata-kata yang bermakna denotatif menunjukan maknanya secara jelas dan lugas. contohnya: pak parto membeli sepatu. Dalam kalimat itu sungguh jelas maknanya, sehingga tidak menimbulkan salah pengertian..
b. Konotasi
Makna konotatif adalah makna tambahan yang muncul disamping makna dasar yang dikandung suatu kata. Yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami tambahan. Dalam hal ini suatu kata juga menimbulkan asosiasi dengan sesuatu yang mengenal nilai-nilai emosidan evaluatif. Penguasaan serta pemahaman konotasi sangat diperlukan bagi pembaca agar lebih sukses dalam peningkatan daya kata.
Contoh kalimat konotasi: menjelang hari raya idul fitri, banyak diadakan razia kupu-kupu malam.(kupu-kupu malam dalam kalimat itu berarti para PSK).
c. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah sebuah makna yang
menggambarkan secara langsung dan jelas makna yang ditunjukan oleh suatu kata. Contohnya kata monyet. Perhatikan kalimat berikut!
1) Di hutan itu banyak monyet nya.
2) Anak sekolah terjebak cinta monyet.
Semua orang yang membaca akan langsung mengerti bahwa kata monyet pada kalimat yang pertama itu menunjukan hewan monyet. Sedangkan pada kalimat yang kedua, pembaca tidak akan tahu maksud dari kata monyet itu kalau tidak ditambah denngan kalimat penjelas. Misalnya cinta monyet. Dengan tambahan kata penjelas, orang akan mengerti kalau monyet dalam kalimat kedua berarti cinta anak remaja yang sifatnya seperti monyet, yaitu masih suka berpindah-pindah sesukanya.
d. Makna Gramikal
Kata gramikal yaitu makna yang muncul setelah mengalami afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), komposisi (penggabungan). Makna gramikal akan lebih jelas jika sudah tersusun dalam satu kalimat. Contohnya: kata burung-burung. Perhatikan kedua kalimat berikut!
1) Burung-burung itu bertengger di atas pagar;
2) Adik membeli burung-burungan di took mainan.
Kata burung-burung dalam kedua kalimat diatas memiliki makna yang berbeda. Kedua kata itu menjadi bermakna setelah mengalami reduplikasi.
e. Makna referensial dan makna non referensial
Kata yang bermakna referen yaitu kata yang mempunyai referen atau bahasa yang diluar bahasa yang diacu, atau kata yang mempunyai maksud kata sendiri. Disebut juga kata peuh. Misalnya kata minum, baju, lemari, dll.
Selain kata penuh, ada juga kata tugas atau kata nonreferen. Yaitu kata yang tidak memiliki referen. Misalnya kata dari, daripada, karena, tetapi, dengan, supaya, dan sebagainya.
f. Makna konseptual dan makna asosiatif
Makna konseptual adalah makna kata yang sesuai dengan referennya dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apa pun. Makna konseptual sama dengan makna denotatife, leksikal, dan referensial.
Makna asosiatif adalah makna yang timbul karena adanya hubungan kata dengan sesuatu. Makna asosiatif sering digunakan sebagai perlambangan. Contohnya warna hijau berarti subur, putih berarti suci, dll.
g. Makna kias dan makna sebenarnya
Makana kias bisa dikatakan sebagai kebalikan dari makna sebenarya. Yaitu kata yang tidak secara langsung menjelaskan arti sebenarnya seperti pada makna leksikal, konseptual dan denotatif. Seperti banting stir yang berarti berganti profesi.
2. Perubahan Makna
Pada dasarnya, setiap kata senantiasa akan mengalami perubahan makna. perubahan makna itu bisa terjadi akibat beberapa sebab, diantaranya:
a. Proses Gramantikal
Perubahan makna kata bisa berubah akibat proses gramantikal. Misalnya akibat pengimbuhan, pengulangan, atau penggabungan. Contohnya kata pandangan yang tadinya bermahnya melihat, akan berubah makna apabila diberi imbuhan ber-. Misalnya berpandangan, maknanya berubah menjadi mempunyai. “seorang guru harus berpandangan luas”. Beda lagi dalam kalimat “kedua orang itu berpandang-pandangan”, maknanya berubah menjadi saling.
b. Pemunculan Asosiasi
Munculnya asosiasi seseorang akan menyebabkan perubahan makna. misalnya kata bijaksana. Dalam memperlancar urusan, seseorang sering meminta kebijaksanaan orang yang bersangkutan. Tapi kebijakan di sana dalam arti meyogok atau menyuap.
c. Pertukaran Tanggapan Indra
Contohnya: bicaranya sangat halus, suaranya enak didengar, dll.
d. Perbedaan Tanggapan
Contohnya: di jawa, kacung itu memiliki arti sebuah sapaan untuk anak laki-laki. Tapi di Jakarta atau tempat lain, kacung itu sebutan buat seorang pembantu.
3. Jenis Perubahan Makna
Beberapa jenis perubahan makna yang terjadi diantaranya:
a. Perubahan meluas
Contohnya dalam kata ibu. Makna aslinya ibu itu adalah sapaan untuk seorang wanita yang telah melahirkan kita. Tapi sapaan ibu itu kini meluas, serang wanita pendidik di sekolah pun disebut dengan ibu.
b. Perubahan menyempit
Misalnya dalam kata ustad. Awalnya kata ustad itu sapaan untuk seorang guru laki-laki. Tapi kini kata ustad khusus untuk seorang yang mengetahui lebih dalam soal agama dan mengajarkannya kepada orang lain.
c. Penghalusan/eufemia
Digunakan untuk menggantikan kata yang sudah ada yang dianggap kasar, diganti dengan kata yang lebih halus. Contohnya: bisu menjadi tunawicara.
d. Pengasaran (disfemia)
Contohnya: Pemerintah semakin menindas rakyat kecil.
4. Relasi Makna
a. Sinonim
Secara harfiah kata sinonim diartikan sebagai nama lain untuk benda atu hal yang sama. Sinonim sangat bermanfaat sekalli bagi seseorang yang ingin memahami suatu istilah yang belum difahami artinya. contohnya: meninggal dunia = wafat = mati, dll.
b. Antonim
Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya. Contohya: baik >< buruk, datang >< pergi, dll.
c. Hiponim
Hiponim ialah bentuk (istilah) yang maknanya terangkum oleh bentuk superodinatnya(1) yang mempunyai makna yang luas. Contohnya: “mawar, melati, anggrek”, merupakan hiponim dari “bunga”.
d. Homonim
Homonim ialah hubungan dua arah pada satu kata. Atau satu kata yang sama memiliki arti yang berbeda. Contoh: bisa. Memiliki arti bisa racun dan bisa dapat.
e. Polisemi
Polisemi berarti suatu bentuk kata yang mempunyai beberapa makna. Misalnya kata bersih memiliki beberapa makna, yaitu: Bebas dari kotoran, tidak berawan, bening tidak keruh, tulus ikhlas, suci, dll. Contoh kalimatnya:
1. Lantai itu bersih tanpa ada debu yang menempel;
2. Hari ini begitu cerah, langitnya pun tampak bersih;
3. Sungai di pegunungan masih bersih;
4. Para relawan itu menolong dengan hati yang bersih;
5. Di Hari Raya Idul Fitri, jiwa setiap muslim kembali bersih; dll.
Polisemi sangat berbeda dengan homonym. Homonym bukan sebuah kata, melainkan dua buah kata yang memiliki bentuk yang sama. Makna homonym tidak saling berdekatan. Dalam arti kata yang sama, tapi kata itu tidak memiliki maksud umum yang sama, melainkan artinya sangat jauh berbeda.
BABIII
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Simpulan
Mengingat pentingnya medan makna dalam setiap pembelajaran, terutamanya dalam pelajaran bahasa Indonesia, baik dalam penulisan karya sastra fiksi atau pun nonfiksi, medan makna sangat penting untuk diketahui dan difahami.
Medan makna adalah kumpulan butir leksikal yang maknanya saling berhubung kait disebabkan kehadiran masing-masing dalam konteks yang serupa. Medan makna berguna untuk perumusan makna dalam kamus dan untuk menentukan apakah kalimat yang digunakan dapat diterima oleh masyarakat atau tidak. Mengingat keragaman bahasa yang ada. Adapun hal-hal mengenai medan makna yang dibahas diantaranya: jenis-jenis medan makna, perubahan makna, jenis perubahan makna, dan relasi makna.
3.2. Saran
Mengingat pentingnya medan makna sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, kita sebagai mahasiswa harus lebih memahami tentang medan makna. dengan adanya makalah ini, diharapkan banyak pembaca atau audiens yang menjadi mengerti tentang medan makna.
Namun kami sebagai penyusun menyadari keterbatasan kami dalam penelitian ini, kami mengharapkan agar pembaca atau audiens dapat mencari sumber yang lebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar